Thursday, January 8, 2015

10 Days - Java Lovescapade (Part 5)

Senin, 29 Desember 2014, pukul 00.00. Dering alarm di handphone membuat mata saya terbuka. Tidak ada kata mengantuk walaupun baru tidur sekitar 2 jam saja. Keluar dari rumah, terlihat bintang sangat banyak di langit. Cerah sekali langit malam ini.

Tanpa membuang waktu lama saya segera bersiap, istri saya juga ikut bersiap. Dia tampak antusias dalam perjalanan ini. Jam 00.30, kami mulai menyusuri jalanan Kota Malang yang masih sangat sepi. Langit terlihat cerah. Cahaya bintang masih menemani perjalanan kami. Menuju arah Lawang lalu berbelok ke kanan masuk ke jalan Rogonoto. Suasana di jalan tersebut sangat sepi dan gelap karena ternyata listrik sedang padam di lokasi tersebut. Sempat merasa apakah ini jalan yang benar, karena sepanjang jalan tidak terlihat kendaraan lain. Setelah menyusuri jalan hampir 1 jam akhirnya terlihat Gapura Selamat Datang di Nongkojajar... Yess... ini jalur yang benar. Saya memacu kembali Black Magic untuk meneruskan perjalanan.

Tiba-tiba tanpa peringatan tetes butiran hujan mulai turun. "Waduh... bisa berantakan ini perjalanan", pikir saya. Saya langsung meminggirkan motor saya dan segera mengenakan jas hujan. Di tengah tetesan hujan kami mengenakan jas hujan dan melanjutkan perjalanan. Benar saja, hujan tambah deras dan butiran air mulai rembes ke dalam jas hujan. Rasa dingin air hujan mulai tembus ke dalam baju saya. Sekitar 2 jam kami menembus pekatnya malam menuju ke Pananjakan dibawah derasnya guyuran hujan. Sempat terbesit untuk membatalkan perjalanan ini namun tekad kami sudah bulat. Akhirnya kami tiba di Pananjakan sekitar pukul 04.00 dalam keadaan basah kuyup. Istri saya membeli sarung tangan untuk menggantikan sarung tangan kami yang basah

Setelah memarkirkan motor, kami segera menuju ke salah satu warung untuk berteduh sekaligus membeli minuman dan makanan hangat. Panasnya air di gelas tidak membantu kami untuk menghangatkan tangan. Istri saya terlihat sudah sangat kedinginan. Saya berpikir untuk segera turun dan kembali ke Kota Malang, tapi air hujan masih cukup deras mengguyur di Pananjakan. Rasa kesal karena cuaca pagi ini sangat tidak bersahabat hadir di hati saya, beberapa pengunjung lain juga menggerutu merasakan hal yang sama. Pemilik warung melihat istri saya sangat tersiksa dengan dinginnya suhu udara saat itu dan Beliau menawarkan istri saya untuk menghangatkan badan di sebuah tungku pembakaran. Hal ini tidak kami sia-siakan. Kami langsung mengiyakan tawaran tersebut. Hilang sudah antusiasme kami untuk memburu sunrise di Pananjakan, konsentrasi kami saat ini adalah bagaimana menghangatkan badan kami

Jam 05.30. Badan kami sudah cukup hangat... rasa penasaran akan view point di Pananjakan kembali muncul. Walaupun sunrise sudah lewat tapi kami tetap ingin penasaran akan view point tersebut. Hujan masih mengguyur, kabut tebal tidak menyurutkan niat kami untuk paling tidak mencoba melihat lautan pasir di bawah. Setelah membeli jas hujan seadanya akhirnya kami berjalan ke atas menuju view point, walaupun dalam hati kami tahu sepertinya pemandangan yang kami harapkan tidak akan kami dapatkan






Benar saja, kabut dan hujan tidak kunjung hilang. Rasa kesal sekaligus sebal berkecamuk di dada. Tapi rasa itu sekejap hilang saat Istri saya berkata, "Udah, gapapa... nanti kita akan balik lagi suatu hari ke sini", ucapan itu membuat semangat saya kembali bangkit.

"Ya udah... yuk kita maen pasir aja ke bawah". Kami bersiap-siap untuk turun ke lautan pasir. Sebelumnya kami menyempatkan foto-foto. Biarin aja fotonya gak keren yang penting ada dokumentasi.... hahahaha...




Keluar dari parkiran motor terlihat mobil-mobil 4x4 sudah hampir tidak ada di sepanjang jalan turun ke pertigaan Dingklik. Sekitar 15 menit kemudian kami tiba di pertigaan Dingklik. Lagi-lagi cobaan tidak berhenti mendatangi kami. Jalan turun ke Lautan Pasir ditutup warga sekitar. Kami bertanya mengapa ditutup? Ternyata hujan yang cukup deras mengguyur dari tengah malam tadi menggenangi ruas jalan turun ke Lautan Pasir mengakibatkan ruas jalan tersebut banjir dan tidak bisa dilewati oleh kendaraan R2. Hanya kendaraan 4x4 yang dipastikan bisa lewat oleh warga sekitar, Kami disarankan untuk memutar melalui Probolinggo atau dari Tumpang, yang artinya kami harus memutar arah dan akan memakan waktu sekitar 2-3 jam lagi. Setelah berbicara panjang lebar dengan warga di sekitar lokasi akhirnya saya mengambil keputusan untuk tidak meneruskan turun ke Lautan Pasir. Saya dalam kondisi yang menggigil kedinginan karena baju, celana, jaket dan segala perlengkapan kami basah kuyup. Begitu juga Istri saya tampak kedinginan. Perjalanan kami masih sangat panjang untuk dapat kembali pulang ke rumah. Tidak lucu jika kami sakit karena kehujanan seperti ini, hehehe...

Setelah merelakan keputusan ini akhirnya kami turun ke bawah dan memutuskan kembali ke Kota Malang. Perjalanan ke bawah kami sempatkan untuk foto-foto sebagai pengobat kekecewaan






Kami menyempatkan mampir ke Pos Informasi untuk menanyakan kebenaran berita tergenangnya ruas jalan menuju Lautan Pasir. Petugas di sana mengkonfirmasi bahwa benar ruas jalan tersebut tergenang dan kami disarankan untuk menunggu sekitar 3-4 jam menunggu surutnya air jika tetap ingin ke Lautan Pasir melalui Pertigaan Dingklik. Yup... Fixed... kami memutuskan pulang. Sepertinya memang kami harus kembali suatu hari nanti ke Bromo, menuntaskan perjalanan yang belum selesai

Kami mengambil jalur pulang sama dengan rute berangkat. Pemandangan yang kami dapatkan di sini sedikit mengobati kekecewaan kami




Yah paling tidak untuk saat ini kami sudah sedikit merasakan atsmosfer di Bromo. Kami yakinkan diri kami untuk suatu saat kembali ke sini. Membayar hutang sisa perjalanan kami. Bromo... we'll be back...

Sekitar jam 14.00 kami sudah tiba di kota Malang. Kami sempatkan untuk berkunjung ke markas Badak Hitam, tapi sayangnya Om Alfian sedang pergi ke daerah Jombang. Di sana kami bertemu dengan Sahabat Nusantaride yang rumahnya cukup jauh di Palembang, Bang Romie. Tidak bertemu di Dieng malah bertemu di Malang, heheheh... Mohon maaf yang Bang, saya tidak dapat berlama-lama menemani di markas Badak Hitam

Malam terakhir di Kota Malang kami habiskan mengelilingi kota termasuk mampir ke alun-alun kota Malang. Foto-foto dulu dengan sepupu yang paling besar, Kakak Dinda. Sampai ketemu lagi yah Kak...


Selesai keliling-keliling kota Malang, kami pulang dan beristirahat. Jam sudah menunjukan pukul 22.00. Kami bersiap-siap, packing barang, dan baru tidur sekitar pukul 23.00

Selamat Malam Malang, selamat malam Bromo... suatu saat kami pasti akan kembali mengunjungimu... menuntaskan mimpi kami menjejakan kaki di lautan pasirmu...

To be continue...

4 comments:

  1. Ada kalanya faktor cuaca jadi pembatas... Tapi yg jelas tetap semangat om...
    >>>>>> sambil nunggu tu bi kontiniu nya... Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Om... semangat untuk suatu hari kembali lagi menuntaskan perjalanan yang belum tuntas heheheh... makasih udah mampir Om :)

      Delete
  2. semangat om suatu saat harus kesana lagi, semoga bisa trip bareng juga om. :D

    ReplyDelete