Monday, January 12, 2015

10 Days - Java Lovescapade (Part 7) - Finale

Selasa, 30 Desember 2014. Jam 07.30 kami bertemu Mas Haryo dan Mba Nita di Restoran Warung Bu Ageng yang kebetulan sangat dekat dengan hotel kami. hanya butuh waktu kurang dari 5 menit kami sudah tiba di restoran tersebut hanya dengan berjalan kaki

Bertemu dengan Sahabat yang rumahnya sangat dekat dengan rumah saya ini sungguh luar biasa, bukan karena apa-apa, tapi di Jakarta saja kami sulit untuk bertemu... eh ini malah bertemu jauh di Jogja... hehehe...

Setelah kami memesan makanan, oh iya... paru goreng lada hitamnya sangat recomended di restoran ini..., kami berbincang-bincang ringan termasuk menanyakan kronologis dari kecelakaan yang menimpa mereka. Untuk rider dan boncenger ada memar-memar sedikit, sedangkan untuk motor Mas Haryo selain footpeg depan yang patah kiri dan kanan juga bracket sidebox menjadi miring dan yang paling sayang boks anyar Givi E22 yang terpasang manis di Z250 Mas Haryo menjadi baret... yang tabah yah Mas Har... hihihi... 

Ngobrol ngalor ngidul dengan Mas Har dan Mba Nita tidak terasa membawa kami ke jam 21.30. Saya berpamitan kepada mereka dan mempersilahkan mereka jika mereka ingin beristirahat karena besok rencananya mereka akan riding ke Pantai Pok Tunggal. Setelah berpamitan maka kami berpisah. Mereka kembali ke hotel sedangkan kami melanjutkan malam ini dengan mengunjungi rumah Om Isal yang malam ini akan kedatangan teman-teman Nusantaride Jogja dan sekitarnya

Patokan alamat yang diberikan Om Isal cukup mudah dicari, hanya menghabiskan sekitar 15 menit perjalanan dari hotel kami. Kondisi lalu lintas di kota Jogja malam ini tidak terlalu padat. Mungkin besok baru akan terasa padat saat malam pergantian tahun. Tiba di rumah Om Isal, saya melihat sudah ada motor Pakde Julianto, Mas Latanza, Mas Dimas dan pasangannya... hahahaha... terparkir di depan rumah. Pelukan khas Nusantaride menyambut saya... kangen sekali saya dengan sahabat-sahabat saya ini... Tawa dan canda pecah seketika... Langit Jogja yang cerah dihiasi bintang seakan ikut bercanda bersama kami



Tidak lama berselang satu persatu Sahabat Nusantaride lainnya mulai berdatangan. Mas Adie, Om Eddy, Om Noveri, Om Michell, Om Marul datang secara bergantian, mohon maaf jika ada yang terlewat namanya untuk saya sebut. Tawa dan canda terus mengalir tanpa ada tanda-tanda akan berhenti. Semakin seru saat mengingat perjalanan mereka menuju NNRUK kemarin. Ikan bakar, kopi, teh, minuman ringan, serta makanan khas Jogja silih berganti hadir di hadapan kami untuk kami santap. Ikan bakar ini sangat nikmat sekali, walaupun saya sudah makan malam dengan Mas Haryo sebelumnya tapi aroma dari ikan bakar ini sangat menggugah selera dan saya tidak mampu untuk menahannya, atau jangan-jangan saya memang lapar saja yah? Hahahaha...

Jam sudah menunjukan hampir pukul 00.00. Saya dan istri sepertinya sudah lelah. Kamipun ijin undur diri untuk beristirahat dan kembali ke hotel. Tidak rela rasanya kembali ke hotel dan meninggalkan keseruan malam ini, tapi kami memang butuh istirahat untuk besok yang rencananya kami akan keliling di kota Jogja ini. Sampai berjumpa lagi Sahabat...


Rabu, 31 Desember 2014. Jam 09.00 pagi kami sudah menyusuri jalanan kota Jogja menggunakan motor matic sewaan dari hotel tempat kami menginap. Bayangan kemacetan kota Jogja membuat saya memutuskan untuk menyewa motor matic agar mudah untuk membelah kemacetan kota Jogja. Jalanan Malioboro sudah tidak seperti dahulu saat saya terakhir menginjakan kaki saya di kota ini. Kondisi lalu lintas yang sangat padat dan ramai tidak menyurutkan niat kami untuk mengunjungi beberapa toko yang memang kami tuju untuk untuk membeli oleh-oleh. Mirota Batik dan Pasar Beringharjo menjadi tujuan kami. Lalu siang harinya kami lanjutkan dengan makan siang di restoran House Of Raminten. Makan di sini sungguh nikmat. Pelayanan yang baik dan rasa makanan yang cukup nikmat membuat kami puas. Istri saya memesan es kelapa dan ternyata gelas es kelapa tersebut sangat besar, kami saja berdua tidak sanggup menghabiskannya... hahahahaha...




Singkat cerita, sudah tiba sore hari. Kami kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak. Malam nanti kami akan mengunjungi Alun-alun Selatan dari kota Jogja.

Jam 07.00, kami menuju ke Alun-alun Selatan kota Jogja. Lokasi alun-alun ini cukup dekat dengan hotel kami. hanya sekitar 10 menit kami sudah tiba di sini. Sangat ramai kondisi alun-alun malam ini. Banyak orang yang sepertinya ingin menghabiskan malam tahun barunya di sini. Di sini ada penyewaan hiburan berupa miniatur mobil yang dikayuh seperti sepeda, yang membedakannya adalah hiburan ini dihiasi dengan berbagai macam lampu led berwarna-warni lengkap dengan sound system, sungguh luar biasa. Dengan tarif 30 ribu untuk sekali jalan mengelilingi alun-alun sudah cukup membuat saya mandi keringat


Hampir 3 jam kami disini. Kami lanjutkan dengan mencari makan malam. Untuk makan malam disini sepertinya tidak mungkin. Banyaknya orang membuat kami tidak yakin kami dapat menikmati makan malam kami dengan tenang, akhirnya kami keluar dari lokasi alun-alun dan menyusuri jalan hingga kami bertemu dengan Restoran Spesial Sambal. Kami putuskan untuk makan malam di sini.

Selesai makan malam sekitar pukul 22.30 kami berencana kembali ke Alun-alun Selatan namun ternyata jalan akses masuk ke dalam alun-alun sudah ditutup oleh Pihak Kepolisian dikarenakan sangat banyaknya warga yang ingin masuk ke dalam lokasi dan hal ini menimbulkan kepadatan yang cukup parah di dalamnya. Akhirnya kami memutuskan kembali ke hotel dan menghabiskan malam tahun baru kami disana. Selain itu kami memang membutuhkan istirahat karena besok pagi kami akan langsung kembali ke Tangerang Selatan.


Kamis, 1 Januari 2015, jam 09.00. Selamat tahun baru... di saat masih banyak orang yang tertidur pulas karena begadang semalam, kami sudah bersiap untuk kembali ke rumah. Setelah menyelesaikan administrasi di Front Desk, jam 09.30 kami sudah menyusuri jalanan untuk menuju ke Tangerang Selatan. Mas Haryo dan Mba Nita sudah berangkat lebih dahulu di jam 07.00 tadi pagi

Tidak banyak cerita yang dapat saya bagi selama perjalanan pulang ini, dikarenakan jalur yang kami ambilpun adalah jalan lintas kota yang biasa digunakan orang untuk berpergian jadi relatif tidak ada pemandangan yang menakjubkan sepanjang jalur ini. Hanya beberapa kali kami menyempatkan foto-foto di Gapura perbatasan Jawa Tengah - Jawa Barat. Beberapa kali pula kami berhenti untuk menyegarkan badan dan beristirahat. Perjalanan pulang ini terasa melelahkan, mungkin karena kami berpikir bahwa liburannya sudah habis yah... hahahahaha...



Hari sudah hampir gelap. Kami mulai memasuki daerah Gentong, Jawa Barat, dan dihadang oleh hujan. Kami kenakan jas hujan dan kami teruskan perjalanan. Melewati Rumah Makan Gentong kami putuskan untuk makan malam di sini. Cek handphone ada whatsapp message dari Kang Ade Genta yang menawarkan kami untuk bermalam di rumahnya. Saya lihat jam sudah sekitar pukul 21.00. Kondisi cuaca hujan akan sangat menguras tenaga kami yang sudah cukup kelelahan jika kami memaksakan untuk lanjut hingga rumah. Setelah diskusi dengan Istri maka saya putuskan untuk menginap di rumah Kang Ade Genta. Saya telepon Kang Ade untuk mengabarkan hal ini dan Beliau akan menunggu kami disana

Jam 22.30 kami tiba di rumah Kang Ade. Sambutan hangat Kang Ade membuat kami merasa sangat diterima disini. Setelah kami bersih-bersih kami lanjutkan dengan pembicaraan ringan. Jam 23.30 Istri saya sudah tertidur pulas di depan tivi di ruang tamu Kang Ade. Walaupun Kang Ade sudah menyiapkan kamar tapi kami lebih memilih tidur di depan tivi, mohon maaf yah Kang Ade, hehehe... Jam 00.30 saya pamit untuk tidur karena besok kami harus melanjutkan perjalanan

Jum'at, 2 Januari 2015, jam 06.30. Kami pamit kepada Kang Ade dan Keluarga. Senyum manis Nisa, anak Kang Ade, mengiringi kepulangan kami, ditambah saya diberikan sebuah cenderamata yang sangat beracun yaitu Hot Wheels... hahahaha... Nuhun banget atas keramahan dan kebaikan Kang Ade Genta beserta Keluarga, semoga diberikan balasan setimpal yah Kang

Jam 09.30 tidak terasa kami sudah memasuki Cianjur. Persimpangan menuju Kota Cianjur - Jonggol ada papan himbauan dari Kepolisian setempat bahwa jalur Puncak sangat padat dan disarankan untuk kendaraan yang ingin ke arah Jakarta berbelok melalui jalur Jonggol. Kami putuskan untuk mengikuti himbauan ini. Lebarnya motor ditambah pannier membuat saya berpikir ulang untuk memaksakan diri melalui jalur Puncak.


Di pertengahan jalan terlihat banyak pedagang buah durian. Kami memutuskan untuk berhenti sejenak dan mencicipi durian yang dijajakan.


Selesai makan buah durian kami lanjutkan perjalanan. Kondisi jalan beton namun cukup rusak disana sini membuat saya harus ekstra hati-hati dalam mengendarai motor. Sebenarnya melalui jalan ini cukup enak hanya saja rusaknya jalan cukup mengganggu dalam menikmati perjalanan pulang ini. Tidak terasa sekitar pukul 12.30 kami sudah memasuki kawasan Jonggol dan sebentar lagi akan tiba di daerah Cibubur. Hawa panas khas Ibukota sudah menyapa kami. Gedung-gedung tinggi di sepanjang jalan alternatif Cibubur seakan menjadi tanda bahwa kami sudah memasuki kawasan Ibukota.


Akhirnya setelah perjalanan panjang yang kami mulai pada tanggal 24 Desember 2014 tahun lalu berakhir hari ini pada tanggal 2 Januari 2015. Jam 14.15 kami tiba di depan pagar rumah. Keluarga kami yang kebetulan pada hari itu sedang main di rumah ramai menyambut kami dan menunggu kami untuk bercerita pengalaman kami. 10 hari sudah kami berjalan menyusuri aspal Pulau Jawa. Sebuah pengalaman baru untuk Istri saya terutama dan juga saya yang baru kali ini berboncengan dengan Istri untuk sebuah perjalanan yang cukup jauh.

Terbayang kembali keseruan yang terjadi selama perjalanan maupun di lokasi-lokasi tujuan. Terbayang kembali senyum, canda dan tawa para Sahabat sepanjang perjalanan. Dieng, Bromo, Pantai Soge, Sahabat semua... suatu hari kita pasti akan bertemu kembali... Semoga

Terima kasih tak terhingga untuk semua Sahabat Nusantaride yang sudah memberikan dan meluangkan waktunya untuk bertemu ataupun memonitor perjalanan kami. Mohon maaf jika ada nama yang belum tersebut dan mohon maaf jika kami ada salah ataupun khilaf di saat kita bertemu. Sampai bertemu Sahabat... sampai jumpa di NNRP

The End.

Friday, January 9, 2015

10 Days - Java Lovescapade (Part 6)

Selasa, 30 Desember 2014, jam 05.30. Setelah berpamitan dengan keluarga di Malang, kamipun mulai berjalan menyusuri kota Malang untuk kembali ke Jakarta. Namun sebelumnya kami akan menginap hingga tanggal 01 Januari 2015 di kota Yogyakarta sekaligus bersilaturahmi dengan Sahabat Nusantaride di sana

Segarnya angin semilir yang cukup dingin menemani perjalanan kami. Sekitar 1 jam berkendara kami melihat plang Waduk Karangkates. Saya arahkan Black Magic ke pintu masuk Waduk Karangkates namun ternyata pintu masuk baru dibuka jam 07.00 artinya kami mesti menunggu sekitar 30 menit. Oleh petugas di pintu masuk kami disarankan menunggu di seberang dari pintu masuk Waduk Karangkates, disana ada warung-warung makanan dan juga ternyata ada waduk kecil yaitu Bendungan Lahor. Saya putar arah menuju lokasi yang ditunjukkan sebelumnya. Ternyata Bendungan Lahor selain bendungannya sendiri yang menjadi daya tarik, juga pemandangan di sekitar jembatan yang ada di dalam kompleks Bendungan Lahor



Sungguh luar biasa lukisan alam di lokasi ini. Setelah puas berfoto kami melanjutkan perjalanan. Memasuki kota Tulungagung sekitar pukul 8.30 kami memutuskan untuk mencari sarapan. Kami berhenti di tempat makan Sop Ayam Pak Min Klaten, yang persis berada di seberang Nirwana Plaza Tulungagung


Disini berbagai macam potongan ayam tersedia. Dengan kuah sop yang lezat dipadu dengan daging ayam yang lembut sangat menggugah selera bagi pencinta kuliner. Untuk setiap bagian ayam harganya berbeda, berkisar dari Rp 5.000 sampai yang termahal Rp 15.000 per porsi. Kalau saya sudah pasti, daging bagian paha menjadi favorit

Selesai sarapan, kami melanjutkan perjalanan. Lepas dari Tulungagung kami tiba di persimpangan jalan yang menuju ke Ponorogo dan Trenggalek. Berdasarkan saran dari Pakde Riza Amrullah, kami belok kearah Trenggalek menuju ke Pacitan melalui pesisir laut selatan. Dan benar saja, saran dari Pakde Ija, Beliau kerap disapa, adalah sebuah jalur yang sangat indah dengan jalan aspal yang sangat mulus, pemandangan yang cantik serta angin semilir dingin karena jalanan di rute ini adalah lokasi perbukitan

Pantai Soge, PLTU Sudimoro, Jembatan Soge dan jalur sepanjang Trenggalek - Pacitan sangat memanjakan mata kami, seakan-akan menghibur kami yang tidak dapat selesai menjelajahi Bromo sehari sebelumnya








Puas rasanya kami menikmati jalur yang hanya sekitar 30 km ini. Suatu hari kami harus kembali ke sini untuk menikmati Pantai Soge lebih lama lagi

Tidak terasa hari sudah semakin siang. Kami memasuki kota Pacitan, lanjut ke arah Wonosari. Memasuki kota Wonosari, suara mesin Black Magic terdengar kasar. Kami, berhenti sejenak untuk melakukan pengecekan dan benar saja, suara mesin Black Magic lain dari biasanya. Asumsi saya adalah antara rantai keteng atau LAT yang rusak. Kami jalankan BM secara perlahan. Saya mengontak Om Isal dan Om Eddy untuk menanyakan bengkel di Yogyakarta nanti untuk perbaikan BM, namun disarankan untuk masuk ke kota Wonosari dan melakukan perbaikan di sana. Baiklah saya pikir memang lebih baik untuk dilakukan perbaikan lebih cepat sekaligus istirahat makan siang

Memasuki Wonosari kami masuk ke sebuah bengkel yang cukup besar. Setelah dilakukan diagnosa, diperkirakan adalah LAT yang rusak. Saya persilahkan mekanik di bengkel tersebut untuk melakukan perbaikan



Selama BM diperbaiki kami mencari makan siang di sekitar lokasi bengkel. Pemilik Bengkel berbaik hari meminjamkan kami salah satu motor di bengkel tersebut untuk mencari makan siang. Makasih yah Bu, hehehehe...

Sekembalinya kami dari makan siang ada 2 orang Sahabat Nusantaride yang ternyatadiberitahu oleh Om Eddy untuk menemani saya mencari bengkel di Wonosari.Terima kasih Om sudah mau mendatangi saya untuk membantu. Berhubung BM sudah selesai diperbaiki, saya persilahkan mereka untuk meninggalkan saya dan saya akan melanjutkan perjalanan kembali

Saya pacu BM menuju ke Yogyakarta. Di sebuah ruas jalan di Wonosari hampir terjadi kecelakaan. Seorang pengendara motor Vario memutar balik dan melawan arah secara tiba-tiba, klakson panjang saya bunyikan dan penunggang motor tersebut tampak kaget dan malah terdiam di tengah jalur saya. Secara refleks saya kurangi gigi motor saya dan saya manuver motor ke arah kanan, dan kemudian saya coba arahkan kembali motor ke jalur kiri dibantu bukaan gas untuk menstabilkan motor. Wuihhhhhh... hanya kurang dari setengah meter jarak motor saya dan motor dia. Jika saya tidak refleks saya yakin akan terjadi tabrakan yang cukup keras. Luar biasanya, sang pengendara Vario melengos pergi begitu saja seperti tidak hampir terjadi apa-apa dan tetap melawan arus... sungguh sangat luar biasa. Saya dan Istri mengucap Alhamdulillah karena kami masih diberikan keselamatan.

Lepas dari kejadian tersebut kami keluar dari kota Wonosari. Roda BM bergulir membawa kami tiba di Bukit Bintang. Sebuah tempat di wilayah kota Bantul yang menjadi tempat favorit untuk berkumpul, baik untuk nongkrong-nongkrong dengan teman maupun untuk menikmati cahaya lampu kota pada malam hari. Kami menyempatkan diri untuk berhenti mengambil foto di lokasi ini


Setelah puas lalu kami lanjutkan perjalanan. Tidak lama kemudian akhirnya kami tiba kota Yogyakarta sekitar pukul 17.00. Yogyakarta, sebuah kota legendaris yang merupakan salah satu tujuan wisata favorit di Pulau Jawa. Memasuki kota ini, kami langsung menuju ke hotel Rengganis, hotel yang sudah kami booking 3 hari sebelumnya


Setelah check-in, kami beristirahat terlebih dahulu untuk malam nanti kami akan bertemu dengan Mas Haryo dan Mba Nita yang sudah ada beberapa hari sebelumnya di kota ini sekaligus melihat kondisi mereka yang sehari sebelumnya mengalami kecelakaan di daerah Piyungan

Let's get freshing up... and enjoy Jogja...

To be continue...


Thursday, January 8, 2015

10 Days - Java Lovescapade (Part 5)

Senin, 29 Desember 2014, pukul 00.00. Dering alarm di handphone membuat mata saya terbuka. Tidak ada kata mengantuk walaupun baru tidur sekitar 2 jam saja. Keluar dari rumah, terlihat bintang sangat banyak di langit. Cerah sekali langit malam ini.

Tanpa membuang waktu lama saya segera bersiap, istri saya juga ikut bersiap. Dia tampak antusias dalam perjalanan ini. Jam 00.30, kami mulai menyusuri jalanan Kota Malang yang masih sangat sepi. Langit terlihat cerah. Cahaya bintang masih menemani perjalanan kami. Menuju arah Lawang lalu berbelok ke kanan masuk ke jalan Rogonoto. Suasana di jalan tersebut sangat sepi dan gelap karena ternyata listrik sedang padam di lokasi tersebut. Sempat merasa apakah ini jalan yang benar, karena sepanjang jalan tidak terlihat kendaraan lain. Setelah menyusuri jalan hampir 1 jam akhirnya terlihat Gapura Selamat Datang di Nongkojajar... Yess... ini jalur yang benar. Saya memacu kembali Black Magic untuk meneruskan perjalanan.

Tiba-tiba tanpa peringatan tetes butiran hujan mulai turun. "Waduh... bisa berantakan ini perjalanan", pikir saya. Saya langsung meminggirkan motor saya dan segera mengenakan jas hujan. Di tengah tetesan hujan kami mengenakan jas hujan dan melanjutkan perjalanan. Benar saja, hujan tambah deras dan butiran air mulai rembes ke dalam jas hujan. Rasa dingin air hujan mulai tembus ke dalam baju saya. Sekitar 2 jam kami menembus pekatnya malam menuju ke Pananjakan dibawah derasnya guyuran hujan. Sempat terbesit untuk membatalkan perjalanan ini namun tekad kami sudah bulat. Akhirnya kami tiba di Pananjakan sekitar pukul 04.00 dalam keadaan basah kuyup. Istri saya membeli sarung tangan untuk menggantikan sarung tangan kami yang basah

Setelah memarkirkan motor, kami segera menuju ke salah satu warung untuk berteduh sekaligus membeli minuman dan makanan hangat. Panasnya air di gelas tidak membantu kami untuk menghangatkan tangan. Istri saya terlihat sudah sangat kedinginan. Saya berpikir untuk segera turun dan kembali ke Kota Malang, tapi air hujan masih cukup deras mengguyur di Pananjakan. Rasa kesal karena cuaca pagi ini sangat tidak bersahabat hadir di hati saya, beberapa pengunjung lain juga menggerutu merasakan hal yang sama. Pemilik warung melihat istri saya sangat tersiksa dengan dinginnya suhu udara saat itu dan Beliau menawarkan istri saya untuk menghangatkan badan di sebuah tungku pembakaran. Hal ini tidak kami sia-siakan. Kami langsung mengiyakan tawaran tersebut. Hilang sudah antusiasme kami untuk memburu sunrise di Pananjakan, konsentrasi kami saat ini adalah bagaimana menghangatkan badan kami

Jam 05.30. Badan kami sudah cukup hangat... rasa penasaran akan view point di Pananjakan kembali muncul. Walaupun sunrise sudah lewat tapi kami tetap ingin penasaran akan view point tersebut. Hujan masih mengguyur, kabut tebal tidak menyurutkan niat kami untuk paling tidak mencoba melihat lautan pasir di bawah. Setelah membeli jas hujan seadanya akhirnya kami berjalan ke atas menuju view point, walaupun dalam hati kami tahu sepertinya pemandangan yang kami harapkan tidak akan kami dapatkan






Benar saja, kabut dan hujan tidak kunjung hilang. Rasa kesal sekaligus sebal berkecamuk di dada. Tapi rasa itu sekejap hilang saat Istri saya berkata, "Udah, gapapa... nanti kita akan balik lagi suatu hari ke sini", ucapan itu membuat semangat saya kembali bangkit.

"Ya udah... yuk kita maen pasir aja ke bawah". Kami bersiap-siap untuk turun ke lautan pasir. Sebelumnya kami menyempatkan foto-foto. Biarin aja fotonya gak keren yang penting ada dokumentasi.... hahahaha...




Keluar dari parkiran motor terlihat mobil-mobil 4x4 sudah hampir tidak ada di sepanjang jalan turun ke pertigaan Dingklik. Sekitar 15 menit kemudian kami tiba di pertigaan Dingklik. Lagi-lagi cobaan tidak berhenti mendatangi kami. Jalan turun ke Lautan Pasir ditutup warga sekitar. Kami bertanya mengapa ditutup? Ternyata hujan yang cukup deras mengguyur dari tengah malam tadi menggenangi ruas jalan turun ke Lautan Pasir mengakibatkan ruas jalan tersebut banjir dan tidak bisa dilewati oleh kendaraan R2. Hanya kendaraan 4x4 yang dipastikan bisa lewat oleh warga sekitar, Kami disarankan untuk memutar melalui Probolinggo atau dari Tumpang, yang artinya kami harus memutar arah dan akan memakan waktu sekitar 2-3 jam lagi. Setelah berbicara panjang lebar dengan warga di sekitar lokasi akhirnya saya mengambil keputusan untuk tidak meneruskan turun ke Lautan Pasir. Saya dalam kondisi yang menggigil kedinginan karena baju, celana, jaket dan segala perlengkapan kami basah kuyup. Begitu juga Istri saya tampak kedinginan. Perjalanan kami masih sangat panjang untuk dapat kembali pulang ke rumah. Tidak lucu jika kami sakit karena kehujanan seperti ini, hehehe...

Setelah merelakan keputusan ini akhirnya kami turun ke bawah dan memutuskan kembali ke Kota Malang. Perjalanan ke bawah kami sempatkan untuk foto-foto sebagai pengobat kekecewaan






Kami menyempatkan mampir ke Pos Informasi untuk menanyakan kebenaran berita tergenangnya ruas jalan menuju Lautan Pasir. Petugas di sana mengkonfirmasi bahwa benar ruas jalan tersebut tergenang dan kami disarankan untuk menunggu sekitar 3-4 jam menunggu surutnya air jika tetap ingin ke Lautan Pasir melalui Pertigaan Dingklik. Yup... Fixed... kami memutuskan pulang. Sepertinya memang kami harus kembali suatu hari nanti ke Bromo, menuntaskan perjalanan yang belum selesai

Kami mengambil jalur pulang sama dengan rute berangkat. Pemandangan yang kami dapatkan di sini sedikit mengobati kekecewaan kami




Yah paling tidak untuk saat ini kami sudah sedikit merasakan atsmosfer di Bromo. Kami yakinkan diri kami untuk suatu saat kembali ke sini. Membayar hutang sisa perjalanan kami. Bromo... we'll be back...

Sekitar jam 14.00 kami sudah tiba di kota Malang. Kami sempatkan untuk berkunjung ke markas Badak Hitam, tapi sayangnya Om Alfian sedang pergi ke daerah Jombang. Di sana kami bertemu dengan Sahabat Nusantaride yang rumahnya cukup jauh di Palembang, Bang Romie. Tidak bertemu di Dieng malah bertemu di Malang, heheheh... Mohon maaf yang Bang, saya tidak dapat berlama-lama menemani di markas Badak Hitam

Malam terakhir di Kota Malang kami habiskan mengelilingi kota termasuk mampir ke alun-alun kota Malang. Foto-foto dulu dengan sepupu yang paling besar, Kakak Dinda. Sampai ketemu lagi yah Kak...


Selesai keliling-keliling kota Malang, kami pulang dan beristirahat. Jam sudah menunjukan pukul 22.00. Kami bersiap-siap, packing barang, dan baru tidur sekitar pukul 23.00

Selamat Malam Malang, selamat malam Bromo... suatu saat kami pasti akan kembali mengunjungimu... menuntaskan mimpi kami menjejakan kaki di lautan pasirmu...

To be continue...

Tuesday, January 6, 2015

10 Days - Java Lovescapade (Part 4)

Sabtu, 27 Desember 2014. Sekitar pukul 08.00 saya terbangun, seakan tidak percaya bahwa saya sudah menempuh sekitar 1000 km bersama istri saya. Sungguh suatu prestasi yang luar biasa untuk istri saya. Terbayang kembali perjalanan kami sebelumnya ditambah saat memasuki kota Malang kami disambut kabut yang sangat tebal yang membuat kami harus ekstra hati-hati dalam menembusnya.

We'll enough said... Sekarang kami di kota Malang dan kami harus menikmati setiap detiknya. Saya cek handphone saya, terlihat ada whatsapp dari Om Tegar yang menanyakan saya sudah sampai dimana dan juga sms dari Om Agus yang berdomisili di Sidoarjo, kebetulan Beliau rencananya akan trip ke kota Malang juga. Baca message, lalu membalasnya dan sekarang saatnya mandi serta jalan-jalan... hehehehe...

Jam 12.00 kami berangkat dengan tujuan Museum Angkut di Batu, Malang. Kali ini Black Magic-pun ikut merasakan liburan, karena kami menggunakan R4 dalam perjalanan ini. Sebelum menuju ke tempat tersebut, kami menyempatkan mampir untuk makan Mie Ayam yang cukup terkenal di kota Malang, nama tempatnya saya lupa yang jelas tempat tersebut sangat ramai oleh pengunjung


Sepupu-sepupu kecil kami terlihat sangat senang dengan kehadiran kami, begitupula kami yang sangat senang bertemu mereka. Maklum, momen pertemuan seperti ini sangat jarang karena lokasi dan jarak yang cukup jauh.

Kami lanjutkan perjalanan menuju Batu, Malang. Lalulintas terlihat cukup padat dikarenakan hari ini adalah Hari Sabtu dan sudah memasuki liburan akhir tahun. Batu menjadi salah satu destinasi wisata di kota Malang. Di sini ada beberapa lokasi wisata seperti Batu Night Spectacular, Jatim Park I dan II, serta Museum Angkut, tempat yang akan kami kunjungi.



Benar saja, di lokasi ini terlihat sangat padat dengan orang-orang yang memang ingin mengunjungi Museum Angkut. Setelah mengantri sekitar setengah jam akhirnya kami dapat masuk ke dalam Museum ini




Di sini kita bisa melihat berbagai macam moda transportasi. Mulai dari darat, laut dan udara. Mulai dari yang sangat kuno hingga yang modern. Di sini juga terdapat beberapa lokasi bertema khusus seperti, England, Broadway, Western. Yang paling menarik perhatian istri saya sudah dapat dipastikan adalah England Theme, maklum dia sangat British Minded... hehehehe



Yang paling menarik untuk saya di Museum Angkut ini adalah barisan motor-motor lawas mulai dari Norton, Harley, Matchless, Ariel, James, MV Agusta, Douglas. Lokasi ini surga bagi pencinta roda dua seperti saya



Tidak terasa berjalan-jalan di dalam area Museum Angkut sudah menghabiskan waktu hampir 4 jam. Langit di luar sudah gelap dan dari Museum ini dapat terlihat cahaya lampu dari kota Batu



Dalam perjalanan pulang kami menyempatkan untuk makan malam di sekitar alun-alun kota Batu, cuaca hujan di malam itu membuat kami tidak dapat mengambil gambar di lokasi alun-alun. Selesai makan malam kami langsung pulang untuk beristirahat.

Minggu, 28 Desember 2014. Matahari malu-malu menunjukan cahayanya, walaupun jam sudah menunjukan pukul 08.00. Langit terlihat mendung. Kami bersiap untuk mengunjungi rumah keluarga dari Tante kami. Rumahnya terletak di daerah Wlingi, berada di dalam sebuah pedesaan yang masih sangat asri. Di desa ini kami diajak sarapan di sebuah pasar di desa tersebut. Perjalanan menuju ke pasar sangat menggoda kami untuk berhenti sejenak dan mengambil gambar


Hamparan sawah yang sangat hijau ditambah desiran angin dingin membuat kami merasa ini sebuah momen yang sangat berharga, sebuah momen yang tidak akan kami dapati di Ibukota

Tidak terasa kami tiba di pasar desa yang dimaksud. Warung pecel yang kami kunjungi adalah sebuah warung yang tidak besar namun sangat bersih. Yang paling membuat saya takjub adalah harga dari makanannya. Seporsi pecel hanya 3000 rupiah, dengan gorengan per potongnya 500 rupiah, yang paling bikin saya menganga adalah harga dari kerupuk per potong hanya 100 rupiah... heheheh...




Rasa yang nikmat dari pecel ini, halusnya tekstur kacang dan rasanya yang nikmat menggugah selera membuat saya lupa bahwa saya sudah menghabiskan dua porsi pecel, hehehehe... Setelah membayar hanya dengan 3 lembar uang 10 ribuan untuk 4 porsi pecel, 1 porsi bubur sumsum, gorengan yang saya jumlahnya dan 20 kerupuk, kami kembali ke rumah keluarga Tante kami untuk kemudian kami melanjutkan untuk melihat rumah yang akan ditempati oleh keluarga Om nantinya. Om kami kebetulan dalam waktu dekat akan pindah ke sebuah perumahan di daerah Batu, Malang

Malam harinya kami diajak makan ke sebuah tempat maka yang cukup terkenal di Kota Malang, yaitu Bakso Bakar Pahlawantrip - Rinjani 17. Rasanya cukup nikmat namun pelayanannya agak terlalu lama



Selesai makan malam di sini kami langsung pulang karena malam nanti jam 00.00 saya dan istri akan mengunjungi Bromo... Sebuah tempat legendaris di kalangan Motorcycle Traveller...

Mari kita tidur... Selamat malam Malang...

To be continue...

Monday, January 5, 2015

10 Days - Java Lovescapade (Part 3)

Jumat, 26 Desember 2014, dinginnya udara di Dieng tidak membuat saya terlelap tidur hingga siang hari. Sekitar pukul 05.00 saya terbangun. Terlihat semua Sahabat NR masih terlelap dalam mimpi indah mereka, kecuali Om Isal yang nampak sudah sibuk dengan kegiatan pagi harinya. Saya keluar dari penginapan dan merasakan hawa dingin yang sangat segar. Sungguh sebuah hirupan nafas dapat membuat saya merasa bahwa nikmat Allah, Tuhan segala semesta alam, dapat saya rasakan

Tidak lama kemudian istri saya ikut terbangun dan menyusul saya keluar dari penginapan. Saya dan istri basuh-basuh sedikit untuk menyegarkan badan dengan air yang pastinya sangat-sangat dingin... heheheh... lalu kami berjalan menyusuri aspal sekitar penginapan untuk mengambil foto-foto sekaligus 'mengganggu' tidur lelap Om Abi, Om Dharma dan Om Wanto di penginapannya :D




Ternyata Om Dharma sudah bangun dan kamipun hanya bisa mengganggu Om Wanto dan Om Abi :D. Segelas teh dan kopi panas menemani canda kami di pagi itu

Tidak terasa perbincangan kami sudah membawa kami ke jam 09.00. Saya dan istri harus segera bersiap untuk melanjutkan perjalanan ke kota Malang. Sahabat Nusantaride lainnya juga akan melakukan perjalanan ke Banjarnegara untuk menyerahkan bantuan sedangkan Om Dharma dan kawan-kawan melanjutkan perjalanan ke Surakarta

Tepat jam 10.00 kamipun semua sudah siap berangkat ke tujuan masing-masing, namun sebelumnya pastinya harus berfoto bersama dulu



Sebelum berpisah kami mendapat kabar bahwa ternyata rombongan Sahabat Nusantaride lain yaitu Om Riva Julianto, Om Nano dan Kong Farid juga sudah berada di Dieng dan camping di Telaga Cebong. Rombongan lainnya Om Bimo 'Reca', Bang Uchon, Om Oji sedang menuju ke Dieng dari Temanggung. Maaf yah Om semua, gak sempat bertemu di Dieng

Rombongan Banjarnegara berangkat ke lokasi longsor, rombongan Om Dharma dan kawan-kawan berangkat lebih dulu ke Surakarta. Saya dan istri jalan terakhir setelah semua rombongan hilang dari pandangan.

Jalur turun dari Dieng kami disuguhkan sebuah pemandangan yang lagi-lagi sangat memanjakan mata




Sepanjang jalan ini mengingatkan saya akan video NNDR 2012 yang diupload oleh Mas Haryo Widodo. Salah satu video yang menginspirasi saya untuk melakukan perjalanan bermotor ke Dieng :D

Memasuki ruas jalan menanjak antara Wonosobo - Parakan tidak disangka kami berpapasan dengan rombongan Bang Uchon dan kawan-kawan. Kami saling bertukar suara klakson sebagai tanda pelepas kangen. Sampai bertemu di Jakarta kawan :D

Jam menunjukan pukul 11.30 tapi perut kami sudah berteriak untuk diisi lebih awal di pagi ini. Terlihat sebuah rumah makan Omah Joglo di sebelah kanan jalan. Saya pinggirkan Black Magic di parkiran rumah makan tersebut dan yang kami dapatkan adalah sebuah suasana yang sangat jarang kami dapatkan di manapun. Makan siang di tebing sebuah bukit dengan pemandangan Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro


Selesai makan, perjalanan kami lanjutkan. Tidak terasa pelintiran gas membawa kami memasuki Kota Jogja. Teringat saran dari Pakde Riza dan Om Isal untuk melewati Ketep - Selo, dan kamipun mengikuti saran tersebut. Jalur ini ternyata membawa kami memasuki Taman Nasional Gunung Merapi.


Cuaca yang agak hujan rintik-rintik membuat kami tidak sempat mengambil foto di sepanjang jalur ini, padahal pemandangannya tidak kalah cantik dibandingkan pemandangan yang sudah kami dapatkan sejauh ini.

Singkat perjalanan kami melewati kota Boyolali lanjut terus ke arah Sukoharjo. Di sini kami sempat melakukan penggantian oli Black Magic, karena saya teringat bahwa oli Black Magic belum sempat diganti saat kami memulai perjalanan ini :D



Sebelum memasuki Wonogiri, sekitar pukul 17.30, kami beristirahat di sebuah mini market. Ada seorang pengunjung yang mengajak saya berbincang. Beliau menanyakan asal kami dan rencana rute selanjutnya. Saya katakan bahwa kami menuju ke Malang dan akan melewati jalur Wonogiri - Ponorogo melalui jalur Wonogiri- Purwantoro. Beliau menyarankan agar saya memutar arah melalui Surakarta - Sragen - Madiun karena Beliau tidak merekomendasi melewati jalur yang saya akan lewati di malam hari karena jalur tersebut sangat sepi dan melintasi hutan jati.

Saya ucapkan terima kasih atas saran Beliau. Setelah Beliau berlalu saya coba buka peta dan saya lihat ternyata jalur yang disarankan tadi mengharuskan saya memutar cukup jauh dan membuat jarak tempuh saya menjadi dua kali lipat dari jalur sebelumnya. Saya ucapkan Bismillah dan minta restu Allah Yang Maha Kuasa agar saya dan istri saya diberikan keselamatan untuk melewati jalur yang sudah saya tentukan sebelumnya. Kami bulatkan tekad dan kami lanjutkan perjalanan,

Benar saja yang di katakan Beliau, jalur yang kami lewati memang sangat sepi, mobil atau motor sesekali berpapasan dengan kami. Namun tekad kami mengalahkan rasa takut, hingga akhirnya kami bertemu 2 mobil yang berjalan searah dengan kami. Saya jaga irama gas dari Black Magic mengikuti irama perjalanan mobil tersebut dan Alhamdulillah kami melewati juga gapura Selamat Datang di Jawa Timur :D. Kami akhirnya tiba di kota Ponorogo sekitar pukul 20.00 dan kami langsung mencari restoran untuk kami makan malam dan beristirahat.

Sekitar jam 22.00 kami melanjutkan perjalanan dengan tujuan akhir adalah Kota Malang. Cuaca yang cerah membuat perjalanan kami tidak melelahkan. Ponorogo lalu Tulungagung dilanjutkan melewati Blitar dan Wlingi membawa kami tiba di kota Malang sekitar pukul 02.00 dan kami langsung menuju ke rumah Om kami di daerah Bandulan, Malang.

Sabtu, 27 Desember 2014, walaupun sudah pukul 02.00 pagi, kedatangan kami membuat rumah Om kami tersebut menjadi gaduh karena rasa kangen untuk bertemu dan memang perjalanan ini sudah kami rencanakan jauh-jauh hari sebelumny.

Jam menunjukan pukul 03.30, walaupun adrenalin kami masih tinggi namun mata ini harus diistirahatkan karena pagi harinya kami harus bermain dengan adik-adik sepupu kami yang masih kecil-kecil dan berencana untuk mengunjungi beberapa tempat wisata di Kota Malang.

Selamat pagi Malang, ijinkan kami beristirahat sejenak :)

To be continue...